Abud masih yakin dirinya adalah Imam Mahdi. Sebab keterangan Berita ini didapat dari bangsa jin yang datang melalui mimpi sang istri. Muhammad Syahbudin alias Abud kini terpaksa mengungsi. Pria berusia 55 tahun itu kini harus meninggalkan kampung halamannya di RT 01, RW 01 No. 81, Kampung Leuwimalang, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Abud diusir warga pada 29 Agustus 2012, karena mengaku sebagai Imam Mahdi alias sang juru selamat, seorang pemimpin yang membawa umatnya pada kebenaran dan kemakmuran. Sampai saat ini Abud tetap dengan keyakinannya. ia tetap merasa sebagai Imam Mahdi. Sekalipun di hadapan Muspika Kabupaten Bogor, ia sudah menandatangani surat pernyataan tobat.
“Sulit bagi saya untuk menghilangkan keyakinan itu. Lagi pula yang saya tanda tangani adalah perjanjian untuk tidak menyebarkan ajaran kepada warga,”
Ujar Abud kepada detik, Selasa 4 September 2012. Abud tidak mau melepas gelar Imam Mahdi karena baginya itu adalah gelar yang diperolehnya dari Tuhan. Gelar itu, katanya, disampaikan lewat bangsa jin melalui mimpi istri kedua Abud, Fitria alias Pipit.
Hubungan Abud dengan bangsa jin bermula dari mimpi istri mudanya yang sering kedatangan jin. Dalam mimpi itu banyak jin yang minta dimasukkan Islam. Selain meminta diislamkan, ada juga jin yang sengaja datang untuk bersilaturahmi dan menjalin persahabatan.
Dari kunjungan sejumlah jin lewat mimpi Fitria, para jin menyampaikan jika Tuhan telah menetapkan Abud sebagai Imam Mahdi. “Saya pun disuruh menyampaikan penetapan ini kepada jemaah saya,” cerita Abud.
Sehari-hari Abud memang dikenal sebagai guru mengaji di Majelis Taklim Ar-Risalah yang didirikannya sejak 1986. Awalnya jemaahnya hanya belasan orang. Namun saat ini jumlahnya mencapai 200 orang.
“Jemaahnya paling banyak perempuan dan ibu rumah tangga. Selain berasal dari Leuwimalang, jemaahnya ada juga yang berasal dari luar. Pengajiannya selama ini agak eksklusif (tertutup),” kata Kiki Kosasih, pegawai Kecamatan Cisarua kepada detik.
Jemaah Abud semakin banyak sejak ia menikahi Fitria 5 tahun lalu. Perempuan berusia 26 tahun itu adalah tetangganya di Kampung Leuwimalang. Jaraknya hanya satu rumah dari kediaman Abud dan istri pertamanya, Dedeh.
Abud menikahi Dedeh pada 1978. Dari perkawinannya itu Abud dikaruniai sembilan anak. Sementara dari perkawinannya dengan Fitria, Abud dikaruniai dua anak. Setelah menikahi Fitria, Abud tidak hanya mengajar mengaji. Istri keduanya ini rupanya membawa banyak berkah bagi Abud. Ia juga mulai membuka praktik pengobatan alternatif lewat media mimpi Fitria.
Abud mengklaim, banyak pasien yang menderita berbagai penyakit telah disembuhkan meski cara pengobatannya hanya lewat media mimpi. Nah, manjurnya mimpi sang istri membuat Abud jadi yakin saat bangsa jin menetapkan dirinya sebagai Imam Mahdi lewat mimpi.
Pengakuan Abud yang mengklaim sebagai Imam Mahdi terang saja membuat banyak warga yang gerah. Apalagi sejak lama aktivitas pengajian Abud sering mengundang kontroversi.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor menyatakan ajaran Abud sesat. “Jelas itu menyalahi aturan, ini sudah melebihi batas-batas yang dilakukan Nabi Muhammad SAW,” kata Ketua Badan Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Kabupaten Bogor, Khaerul Yunus.
Sebelum mengaku sebagai Imam Mahdi, Abud sebelumnya juga sudah meresahkan warga sekitar. Menurut Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Kecamatan Cisarua, Hendayana, pada 1984 Abud pernah dipanggil Muspika Bogor karena selain mengajar agama, ia juga menanamkan ajaran Negara Islam Indonesia (NII) kepada pengikutnya.
Abud dan Oles, kakaknya, pernah ditahan di LP Paledang, Bogor, karena terkait NII. Ia ditahan selama 2 tahun. Sementara Oles mendekam selama 7 tahun di penjara. Setelah menjalani penahanan di Lembaga Pemasyarakatan Bogor, Abud pulang lagi ke Leuwimalang dan mendirikan Majelis Taklim Ar-Risalah.
Sekalipun sudah tidak lagi aktif di NII, sikap Abud tetap saja sering membuat warga di lingkungan RT 01, RW 02, Kampung Leuwimalang, kesal. Sebab Abud sering memancing ketegangan dengan warga. Ketegangan warga semakin memuncak ketika November 2011, saat berceramah di hadapan jemaahnya, Abud menyatakan dirinya sebagai Imam Mahdi. Malah saat itu ia mengatakan akan mengumumkannya secara
terbuka pada Tahun Baru 2012.
terbuka pada Tahun Baru 2012.
Buntut dari pengakuan itu, rumah berlantai 2 yang sehari-hari dipakai Abud untuk mengajar mengaji sempat diserbu warga. Namun situasi dapat dikendalikan lantaran dicegah aparat desa setempat.
Setelah 10 bulanan berlalu, Muspika Bogor, MUI, Polres, dan Koramil Cisarua kembali mendapat aduan bahwa Abud telah meresahkan. Suami Fitria itu pun kemudian dipanggil. Ia dimintai keterangan soal pengakuannya sebagai Imam Mahdi. Dalam pertemuan yang berlangsung pada 28 Agustus 2012, itu, Abud membenarkan dirinya sebagai Imam Mahdi.
Pernyataan terang-terangan Abud sebagai Imam Mahdi langsung mendapat reaksi keras warga. Akhirnya ribuan orang datang menggeruduk markas Majelis Taklim, Ar-Risalah. Abud pun akhirnya diamankan ke Polres Bogor, demi menghindari amukan warga. Kini rumah yang ditempati Abud beserta dua istrinya tidak lagi ada pengajian seperti biasa. Rumah berwarna hijau itu pun selalu sepi. Fitria dan Dedeh
saat ditemui detik, enggan memberikan komentar.
saat ditemui detik, enggan memberikan komentar.
“Saya takut salah omong. Mendingan tanya saja ke polisi,” ujar Fitria.
Fitria juga enggan memberikan penjelasan soal mimpi-mimpi yang selama ini menghampirinya. Termasuk soal penetapan Abud sebagai Imam Mahdi yang konon didapat lewat mimpinya. Abud hanya sehari ditahan polisi. Ia kemudian dilepas. Setelah dilepas ia memilih mengurung diri di sebuah rumah di Jakarta dan tidak mau ditemui siapapun.
Ia mengaku sedang mencari hidayah. “Nanti pasti saya diberitahu apakah saya ini benar diangkat oleh Allah SWT atau jadi-jadian atau bohong-bohongan?” kata Abud.
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengimbau masyarakat agar tidak gampang percaya pada orang yang mengaku-aku sebagai Imam Mahdi. Umat Islam harus lebih memperkuat pengetahuannya tentang agama, sehingga tidak mudah diseret masuk ikut aliran sesat.
“Kita juga terus melakukan pembinaan terhadap kelompok-kelompok itu agar kembali ke mainstream agama Islam. Kedua, kalau mereka tidak ingin kembali, jangan mengusik orang lain,” tegas Nasaruddin.