Muriolobo

Foto yang diambil di salah satu jembatan di desa Muriolobo, Mayong, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia

UNDIP

Gedung Prof. Soedarto - Undip, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Perpustakaan

Perpustakaan Stienu Jepara, Jawa Tengah, Indonesia`

Undip

Gedung Prof. Soedarto - Undip, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Warung SS

Warung Serba Sambal, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Selasa, 24 Mei 2016

HAK SUAMI YANG WAJIB DIPENUHI ISTRI : Istri harus selalu bersyukur, tidak boleh banyak menuntut

Hasil gambar untuk suami istri pernikahan gambar










Bismillah..
Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
.
Bersyukur adalah ciri hamba-hamba Allah yang mulia. Dan orang-orang yang bersyukur amat sedikit, sebagaimana Allah azza wa jalla berfirman: "... Sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba' 34: 13)
.
Setiap Mukmin dan Mukminah diperintahkan bersyukur. Karena dengan bersyukur, Allah akan menambahkan rizki yang telah Dia berikan kepadanya. Allah azza wa jalla berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka adzab-Ku sangat berat.'" (QS. Ibrahim 14: 7)
.
Seorang istri diperintahkan untuk bersyukur kepada suaminya yang telah memberikan nafkah lahir dan batin. Karena dengan syukurnya istri kepada suami, juga sikapnya yabg tidak banyak menuntut, maka rumah tangga mereka akan diliputi kebahagiaan.
.
Adapun istri yang tidak bersyukur kepada suaminya dan banyak menuntut merupakan pertanda kepribadian wanita yang tidak baik. Sebab, ia tidak merasa cukup dengan rizki yang Allah karuniakan kepadanya.
.
Perintah bersyukur amat ditekankan dalam Islam, bahkan Nabi berkata dengan Neraka para wanita yang tidak bersyukur kepada suami, dan pada hari kiamat Allah pun tidak melihat wanita yang bersikap demikian. Nabi s.a.w. bersabda: "Diperlihatkan Neraka kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita, mereka kufur." Para sahabat bertanya: "Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?" Rasul menjawab: "(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada istrinya sepanjang tahun atau seumur hidup, kemudian istrinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan: 'Aku tidak pernah melihat kebaika pada dirimu sekalipun.'" (HR. Al-Bukhari no. 29, 1052,5197)
.
Padahal suaminya sudah banyak berbuat baik kepada istrinya selama hidup dengannya. Karena sekali (saja) suami tidak berbuat baik kepada si istri, maka dilupakan seluruh kebaikannya selama itu. Itulah disebut kufur.a

Jumat, 20 Mei 2016

Saat Sekadar Bilang ‘Kangen’ Terasa Egois Sekali. Aku Memilih Menanti

Kangen. Kangen. Kangen.
Terkadang kata sesederhana ini bisa jadi sulit diucapkan. Saat jarak dan kesibukan jadi penghalang. Hatiku sudah berteriak kencang ingin meluapkan rasa. Namun otak dan lidahku berkata, jangan dulu, tahan saja. Jangan memberatkannya.
Semakin dewasa bahkan rasa kangen harus dipikirkan berulang kali sebelum diungkapkan jadi kata dan dibiarkan menguar ke udara. Perasaan paling nyata macam ini bisa terdengar egois sekali. Dan aku lebih memilih untuk menanti.

Rindu memang menghangatkan hati. Tapi rindu juga memberatkan, sesekali



Karena kangen kadang egois sekali 
Dia bukan pergi untuk alasan macam-macam. Aku jelas tahu bahwa dia meninggalkanku sebab urusan kewajiban.
Melepas punggungnya pergi menjauh memang bukan hal yang mudah dilakoni. Rasanya aku ingin menyublim jadi udara. Atau memasukkan diri dalam kantung kemejanya. Bukan karena apa-apa. Aku hanya ingin tetap bersama.
Mengatakan bahwa aku rindu memang lebih sering menghangatkan hati. Namun mengungkapkannya sering-sering juga harus diakui memberatkan langkah kaki. Padahal aku selalu ingin jadi pasangan yang menguatkan selama ini.

Mengungkapkan rindu membuatku mengkhawatirkanmu di sana. Padahal cinta yang dewasa adalah cinta yang mandiri



Cinta yang dewasa adalah cinta yang mandiri 
Cinta yang dewasa adalah cinta yang bertahan dalam berbagai keadaan. Meski sedang banyak pekerjaan dan sebenarnya butuh pelukan. Walau tak bisa langsung bercerita dan ditanggapi saat butuh dukungan.
Rindu, jelas lebih mudah diungkapkan. Namun pertanyaannya apakah ia menguatkan? Apakah rasa yang bebas dikeluarkan memampatkan pondasi yang dibangun mati-matian?
Rasanya jawaban atas pertanyaan itu lebih banyak tidaknya. Mengungkapkan rindu sering-sering hanya membuatku mengkhawatirkanmu di sana. Lebih baik aku bertahan menghadapi semua sendiri. Sebab aku sungguh mengerti. Ini bukan cinta anak kecil lagi.

Waktu kata ‘Kangen’ terdengar egois sekali, aku memilih bersabar dan menanti



Akhirnya aku memilih bersabar dan menanti 
Rindu? Pasti.
Tapi bukan berarti rindu tidak bisa dihadapi. Rinduku kali ini adalah rindu yang bisa dijinakkan dengan kesibukan. Rindu yang akan mereda selepas disapih dengan penjelasan dan kesabaran. Rindu kali ini bukan rindu keras kepala. Dia mau diajak bekerjasama dan mendengar seperti manusia dewasa.
Ada masa saat mengungkapkan rindu terdengar egois sekali. Ungkapan kangen hanya memberatkan langkahmu yang mesti mencintaiku dalam sabar dan sunyi. Kita tidak dipertemukan hanya untuk saling memberatkan macam ini.
Untuk itu, aku memilih menanti.