Akhirnya hari ini, pukul 12 lebih bersama Nopal Pejantan
Tambun menuju rumah DOI dengan perantara bang Odi yang berjasa menginformasikan
kondisinya lewat jejaring sosial Kaskus. Kira-kira pukul 12.45 kami sampai,
tetapi Doi belum pulang sekolah. Namanya Nurul Mu’asyiroh adalah siswi kelas
VII di MTS dekat rumahnya di daerah Desa Margoyoso Gg. Kauman 3 No. 72 RT 6/RW III
Kalinyamatan Jepara 59467. Seperti kebanyakan anak lain dilingkungannya. Dirinya
menghabiskan masa kecil dengan sekolah di pagi hari, bermain di rumah sepulang
sekolah terkadang menjadi buruh poles monel
"lumayan untuk tambahan uang saku", kata
ayahnya sembari tersenyum.
dan mengaji di musola dekat rumah pada malam harinya.
Beberapa kali orang tuanya membujuk dirinya agar tetap di
rumah dan mengurangi aktifitasnya di luar seperti sekolah, mengaji, bermain
bahkan bekerja karena mereka kasihan dan tidak tega jika anaknya diperolok oleh
teman-temannya terutama teman laki-laki. Asiknya, Doi cuek saja dan dengan
ceria, bersikukuh untuk sekolah dan menjalankan aktifitasnya…lihat aja
senyumnya dab.
Meski berbeda dirinya tetap semangat menjalani hidup dan
patut untuk kita apresiasi akan kemauan belajarnya.
Penyakit tumor mata dideritanya sekitar kelas 3 SD,
ketika itu Doi diminta tolong oleh tetangga depan rumahnya persis untuk menjadi
Putri Domas. Selang beberapa bulan setelah itu mata kirinya gatal dan timbul
bintik kecil yang seiring berjalannya waktu semakin membesar. Setelah diupayakan
dari segala arah doi baru bisa dioperasi ketika duduk dibangku kelas 5 SD. Tentunya
tidak serta merta sembuh seperti sedia kala. Karena waktu itu dokter menyatakan
cukup. doi sendiri pun kala itu takut dan tidak mau matanya diangkat. Pengobatan
secara herbalpun dilakukan sebagai upaya penyembuhan. Akan tetapi, efek positif
tidak memperlihatkan perkembangan yang diharapkan. Setelah dibujuk beberapa
kali oleh keluarga, akhirnya Doi mau untuk dioperasi angkat mata kiri harapannya
agar akar tumor di mata kiri bisa amblas.Sekarang yang menjadi kendala adalah
biayanya dari mana ? Setidaknya dibutuhkan 50-100 Juta rupiah untuk
operasi.
Menurut pengakuan ayahnya yang sudah lansia dan memiliki
tiga cucu yang mantan buruh emas dan sempat pensiun karena mengalami stroke.
Meskipun sudah tidak sakit lagi tetapi tuturnya masih terbata-bata saat
berbincang dengan kami. Ibunya sendiri adalah ibu rumah tangga yang memiliki
riwayat sakit tumor ditenggorokan selang setelah sang ayah sembuh dari sakit. Masih
terlihat
goresan bekas sayatan pisau operasi dileher ibu Doi. Nah, baru si Doi
yang sakit. Memang cobaan itu datangnya tak diduga dan bisa datang dari
arah
mana saja oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan tentunya pasti ada hikmah serta
pelajaran yang teramat sangat berharga bagi mereka yang mau belajar dan
mau mengerti. Begitu juga bantuan yang bisa datang tak terduga dari arah
mana saja.
Sebelumnya doi juga sempat mendapat bantuan dari
Bupati Jepara ketika dijabat oleh Pak Hendro berupa JPS dan bentuk lain, aku ayahnya. Tapi, sayangnya selain
JPS belum ada bentuk bantuan lain yang disalurkan kepada Doi, menurut
keterangan ayah Doi tadi.
nah, Kebetulan beberapa waktu lalu saya dihubungi oleh DhioPanji selaku ketua JACT untuk membantu evennya JACT CHARITY NIGHT tanggal 23
Februari 2013 pukul 19.00-22.00 WIB yang dananya akan disumbangkan untuk Doi. Selain
itu JACT juga membuka REKENING agar temen-temen yang berada nan jauh di sana
bisa turut berpartisipasi. Seperti penggalan lirik lagu ini moga bisa bantu
ngingetin kita sob
“Orang bilang
Indonesia kurang banyak orang mampu. Padahal yang bener orang yang mampu kurang
mau memberi dan kalo kita beramal gak Cuma Setahun sekali bukannya nanti yang
seneng juga Elo sendiri. Pandji Pragiwaksono feat Tompi - Ada yang Salah”
So berbondong-bondonglah dan bahu
membahu menolong dalam kebaikan. Doi salah satunya
*) Tampilan foto di atas berdasarkan
izin keluarga