Sabtu, 09 Maret 2013

Nurul, Penderita Tumor Mata di JEPARA

Akhirnya hari ini, pukul 12 lebih bersama Nopal Pejantan Tambun menuju rumah DOI dengan perantara bang Odi yang berjasa menginformasikan kondisinya lewat jejaring sosial Kaskus. Kira-kira pukul 12.45 kami sampai, tetapi Doi belum pulang sekolah. Namanya Nurul Mu’asyiroh adalah siswi kelas VII di MTS dekat rumahnya di daerah Desa Margoyoso Gg. Kauman 3 No. 72 RT 6/RW III Kalinyamatan Jepara 59467. Seperti kebanyakan anak lain dilingkungannya. Dirinya menghabiskan masa kecil dengan sekolah di pagi hari, bermain di rumah sepulang sekolah terkadang menjadi buruh poles monel
"lumayan untuk tambahan uang saku", kata ayahnya sembari tersenyum.
dan mengaji di musola dekat rumah pada malam harinya.

Beberapa kali orang tuanya membujuk dirinya agar tetap di rumah dan mengurangi aktifitasnya di luar seperti sekolah, mengaji, bermain bahkan bekerja karena mereka kasihan dan tidak tega jika anaknya diperolok oleh teman-temannya terutama teman laki-laki. Asiknya, Doi cuek saja dan dengan ceria, bersikukuh untuk sekolah dan menjalankan aktifitasnya…lihat aja senyumnya dab.
Meski berbeda dirinya tetap semangat menjalani hidup dan patut untuk kita apresiasi akan kemauan belajarnya.

Penyakit tumor mata dideritanya sekitar kelas 3 SD, ketika itu Doi diminta tolong oleh tetangga depan rumahnya persis untuk menjadi Putri Domas. Selang beberapa bulan setelah itu mata kirinya gatal dan timbul bintik kecil yang seiring berjalannya waktu semakin membesar. Setelah diupayakan dari segala arah doi baru bisa dioperasi ketika duduk dibangku kelas 5 SD. Tentunya tidak serta merta sembuh seperti sedia kala. Karena waktu itu dokter menyatakan cukup. doi sendiri pun kala itu takut dan tidak mau matanya diangkat. Pengobatan secara herbalpun dilakukan sebagai upaya penyembuhan. Akan tetapi, efek positif tidak memperlihatkan perkembangan yang diharapkan. Setelah dibujuk beberapa kali oleh keluarga, akhirnya Doi mau untuk dioperasi angkat mata kiri harapannya agar akar tumor di mata kiri bisa amblas.Sekarang yang menjadi kendala adalah biayanya dari mana ? Setidaknya dibutuhkan 50-100 Juta rupiah untuk operasi.

  
Menurut pengakuan ayahnya yang sudah lansia dan memiliki tiga cucu yang mantan buruh emas dan sempat pensiun karena mengalami stroke. Meskipun sudah tidak sakit lagi tetapi tuturnya masih terbata-bata saat berbincang dengan kami. Ibunya sendiri adalah ibu rumah tangga yang memiliki riwayat sakit tumor ditenggorokan selang setelah sang ayah sembuh dari sakit. Masih terlihat goresan bekas sayatan pisau operasi dileher ibu Doi. Nah, baru si Doi yang sakit. Memang cobaan itu datangnya tak diduga dan bisa datang dari arah mana saja oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan tentunya pasti ada hikmah serta pelajaran yang teramat sangat berharga bagi mereka yang mau belajar dan mau mengerti. Begitu juga bantuan yang bisa datang tak terduga dari arah mana saja.
Sebelumnya doi juga sempat mendapat bantuan dari Bupati Jepara ketika dijabat oleh Pak Hendro berupa JPS dan bentuk lain, aku ayahnya. Tapi, sayangnya selain JPS belum ada bentuk bantuan lain yang disalurkan kepada Doi, menurut keterangan ayah Doi tadi.

nah, Kebetulan beberapa waktu lalu saya dihubungi oleh DhioPanji selaku ketua JACT untuk membantu evennya JACT CHARITY NIGHT tanggal 23 Februari 2013 pukul 19.00-22.00 WIB yang dananya akan disumbangkan untuk Doi. Selain itu JACT juga membuka REKENING agar temen-temen yang berada nan jauh di sana bisa turut berpartisipasi. Seperti penggalan lirik lagu ini moga bisa bantu ngingetin kita sob

“Orang bilang Indonesia kurang banyak orang mampu. Padahal yang bener orang yang mampu kurang mau memberi dan kalo kita beramal gak Cuma Setahun sekali bukannya nanti yang seneng juga Elo sendiri. Pandji Pragiwaksono feat Tompi - Ada yang Salah”

So berbondong-bondonglah dan bahu membahu menolong dalam kebaikan. Doi salah satunya

*) Tampilan foto di atas berdasarkan izin keluarga